MAKALAH
PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
![]() |
DI
Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Ilmu Alamiah Dasar

Di
susun oleh
Ajidin
M.
Faisal Al-Gifari
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAPATA AL-JAWAMI BANDUNG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: komplek Pesantren Al-Jawami No.
87 Sindangsari Cileunyi Bandung 40622
TAHUN 2015 M / 1436 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
ALAM SEMESTA
MENURUT PANDANGAN ISLAM................................ 2
A.
2
B.
Proses
Kejadian Alam Semesta.................................................................5
C.
Hubungan
Manusia dengan Alam Semesta..............................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 18
A.
Kesimpulan........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah “ PERAN AKHLAK DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA”.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan kerena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran pada semua pihak demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
berguna bagi penyusun khususnya dan bagi rekan-rekan mahasiswa yang berminat
pada umumnya.
Bandung, 30 Mei 2016
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta
adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam
peristiwa alam yang dapat diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh
manusia.
Ada
penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di
antaranya ada pen-ciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana
berlang-sung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan
proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya
seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti
segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam
semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an,
apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
- Rumusan Belakang Masalah
1.
Bagaimana
konsep alam semesta?
2.
Bagaimana
proses penciptaan alam semesta?
3.
Apa hubungan
manusia dengan alam semesta?
C.
Tujuan
1.
Memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui
konsep alam semesta
3. Mengetahui
proses kejadian alam semesta
4. Mengetahui
hubungan manusia dengan alam
BAB II
PEMBAHASAN
- ALAM SEMESTA MENURUT PANDANGAN ISLAM
1.
Konsepsi
tentang Alam Semesta
Konsepsi
dan persepsi tentang Alam Semesta
Konsepsi tentang alam mengandung arti kosmogoni (asal-usul alam
semesta) dan ada kaitannya dengan masalah identifikasi. Tidak seperti konsepsi
indera, yang lazim dimilikimanusia dan makhluk hidup lainnya identifikasi ini
hanya di miliki oleh manusia. Karena itu ,konsepsi tentang alam semesta juga
hanya di miliki oleh manusia. Konsepsi ini bergantung pada pemikiran dan
pemahamannya. Dari persepsi indera
tentang alam semesta banyak bintang ang lebih maju ketimbang manusia, karena
bintang memiliki indera tertentu yang tidak di miliki oleh manusia.
Beragam
konsepsi tentang alam semesta.
Pada umumnya ada tiga macam
konsepsi tentang alam semesta atau identifikasi tentang alam semesta atau
dengan kata lain interpretasi manusia tentang alam semesta. Sumber interpretasi
ini ada tiga hal:
Ilmu pengetahuan, filsafat, agama. Maka dapat
dikatakan bahwa ada tiga macam konsepsi tentang alam semesta: konsepsi ilmiah,
konsepsi filosofis dan konsepsi religious.
Konsepsi
ilmiah tentang alam semesta
Ilmu pengetahuan dapat member
manusia tentang sesuatu. Juga dapat memberikan pengetahuan tentang selembar
daun. Kemudian karena memperkenalkan manusia dengan hukum tertentu yang
mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu membuat manusia dapat
mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu dan dengan demikian ilmu pengetahuan
memajukan industry dan teknologi. Dari pembahasan terdahulu jelaslah bahwa
ideologi membutuhkan tentang alam yang
1.
Dapat menjawab pertanyaan penting
mengenai alam semesta sebagai keseluruhan, bukan hanya bagian dari alam
semesta.
2.
Dapat menjadi konsepsi abadi dan andal
bukan konsepsi yang sifatnya untuk semestara waktu.
3.
Dapat memiliki nilai teorotis dan nilai
realistis juga bukan semata-mata nilai praktis dan nilai teknis saja. Jadi jiga
jelas bahwa konsepsi ilmu pengetahhuan tentang alam, sekalipun memiliki hal-hal
lain yang dapat dipercaya, tidak memiliki ketiga syarat ini.
Konsepsi alam semesta menurut agama
islam adalah islam membawakan tauhid dalam bnetuknya yang paling murni. Dari
sudut pandang islam,tidak ada yang seperti alloh swt dan tidak ada yang
menyamainya.
Tidak ada yang
serupa dengan-Nya. (QS asy-syura : 11)
Independensi allah mutlak sifatnya. Segala sesuatu
bergantung pada-nya,namun Dia tidak bergantung pada apa dan siapa.
Allah melihat dan mengetahui segala
sesuatu.dia melakukan mampu melakukan apapun yangdikehendakinya
Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu ( Qs. Asyura: 12)
Dia mampu
melakukan segala sesuatu ( Qs. Al Hajj; 26)
Allah
SWT ada dimana-,mana setiap tempat, entah diatas langit atau dikedalaman bumi,
memiliki hubungan yang sama denganNya. Kearah manapun kita menghadap, kita
menghadap Allah SWT:
Kemanapun kamu
berpaling disitulah wajah Allah SWT (QS, Al baqoroh: 115)
Dari sudut pandang tauhid dan
konsepsi islam tentang alam semesta, alam semesta merupakan ciptaan dan diurus
oleh kehendak dan perhatian Allah SWT. Jika Allah sekejap saja tidak member
perhatian maka seluruh alam semesta akan binasa seketika itu juga. Segala yang
diciptakan Allah tidaklah sia-sia. Sistem yang ada pada alam semesta adalah
system yang paling sempurna. Sistem ini memanifestasikan keadilan dan kebenaran
dan didasarkan pada serangkaian sebab akibat. Takdir Allah berlaku untuk alam
semesta. Manusia ditakdirkan oleh takdir Allah untuk merdeka dan bertanggung
jawab. Manusia adalah tuhan bagi nasibnya sendiri dan manusia memiliki harkat
dan martabat khususnya. Manusi tempat untuk menjadi khalifah di alam semesta
yang telah diciptakan Allah SWT.
Pandangan filosofis mengenai alam semesta
Meskipun
konsepsi filosofis megenai alam semesta tidak seksama dan spesifik konsepsi
ilmu pengetahuan, namun konsepsi filosofis didasarkan pada sejumlah prinsip
yang jelas dan tidak disaangka lagi oleh akal. Prinsip ini mempengaruhi reaksi
manusia terhadap pengalamannya berhubungan dengan alam. Prinsip ini menentukan
sikapnya dan memberinya pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini
menberinya pandangan tertentu mengenai alam semesta. Prinsip ini meberikan
makna kepada kehidupannya atau menariknya kearah hal-hal yang sepele dan tak
masuk akal. Itulah sebabnya kami katakana bahwa ilmu pengetahuan tak dapat
memberikan konsepsi tentang alam yang dapat menjadi dasar bagi ideology,
sementara filsafat dapat.
Konsepsi
religious mengenai alam semesta
Dalam
agama-agama tertentu seperti islam konsep religious tentang alam semesta
mengambil warna filosofis atau argumentative dan merupakan bagian integral dari
agam itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang diangkat oleh agama didasarkan
pada pemikiran dan bujah. Dengan demikian konsepsi islam mengenai alam semesta
bersifat rasional dan filosofis. Selain nilai konsepsi filosofis yaitu abadi
dan komprehensif, konsepsi religious tentang alam semesta tak seperti konsepsi
ilmiah dan filosofis murni, memiliki satu lagi nilai yaitu menyucikan
prinsip-prinsip konsepsi alam semsta.
Konsepsi
tauhid tentang alam semesta
KOnsepsi
tauhid mengenai alam semsta memberikan arti, semangat dan tujuan kepada
kehidupan. Konsepsi ini menempatkan manusia di jalan menuju kesempurnaan yang
selalu ditujunya tanpa pernah berhenti pada tahap apapun. Konsepsi tauhid ini
memiliki daya tarik khusus. Konsepsi ini memberikan vitalitas dan kekuatan
kepada manusia, menawarkan tujuan yang suci lagi tinggi, dan melahirkan
orang-orang yang perduli. Konsepsi ini merupakan satu-satunya konsepsi tentang
alam semsta yang membuat tanggung jawab manusia terhadap sesamanya menjadi
memiliki makna. Juga merupakan
satu-satunya konsepsi yang menyelamatkan manusia dari terjungkal ke jurang kebodohan.
B.
PROSES
KEJADIAN ALAM SEMESTA
Allah
swt telah mengatur semua proses penciptaan
bumi. Dan Allah telah memberitahukan kepada umatnya mengenai penciptaan bumi
dan alam semesta melalui Al-quran. Kitab suci umat islam inilah sumber dari
segala macam ilmu pengetahuan.
Di
dalamnya semua ilmu pengetahuan tertulis untuk membantu kita mencari
pengetahuan dan terus mengimani isi-isinya. Dalam hal ini saya berupaya untuk
sedikit menkaji mengenai ayat dalam al-quran yang membahas megenai penciptaan
bumi.
Dalam
surat An Naaziat (79) ayat 27 – 33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam
semesta. Dalam ayat tersebut tertulis bumi dan alam semesta tercipta dalam enam
masa. Masih dalam perdebatan mengenai enam masa yang dimaksud. Entah itu enam
tahun, enam hari, enam periode, ataupun enam tahapan. Dalam hal ini kami
mencoba mengkaji enam masa yang dimaksud. Tulisan ini kami ambil dari berbagai
sumber.
Annaziat
ayat 27 :
”Apakah
kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya,(27)”
Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big Bang”. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan dan langit yang kita lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan bumi dan alam semesta.
Dalam ayat tersebut dimulailah mengenai masa I penciptaan bumi. Pasa masa I ini dijelaskan mengenai penciptaaan langit. Dalam ilmu tata surya dikenal dengan istilah ”Teori Big Bang”. Teori Big Bang adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut, terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Bisa diaktakan awan dan langit yang kita lihat selama ini adalah bentuk pertama dari penciptaan bumi dan alam semesta.
Selanjutnya,
angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan
debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang
kemudian membentuk galaksi. Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi
bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void
(rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat
bagian yang kosong dan bagian yang terisi.
Annaziat
ayat 28 :
”Dia meninggikan bangunannya lalu
menyempurnakannya,(28)”
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”,
menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses
yang terus berlangsung. Misalnya
kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus
mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Annaziat ayat 29 :
”Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan
siangnya terang benderang (29)”
Memasuki masa
III, di sini yang dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah membuat siang-malam secara bergantian.
Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan menjadikan siang yang terang benderang.
Dapat diartikan dalam ayat ini Matahari sebagai sumber cahaya dan bumi berputar
mengelilinya. Karena perputaran bumi tersebut terjadilah siang dan malam.
Annaziat
ayat 30 :
”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (30)” Di masa IV
inilah mulai bumi terbentuk. dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangaea
di permukaan Bumi.
Annaziat ayat 31 :
“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya(31)”
Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Annaziat ayat 32 :
“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (32)”
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Memasuki masa VI, atau masa terakhir, bumi mulai diisi dengan gunung-gunung yang terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah.
Setelah terbentuk gunung, maka diciptakanlah
hewan-hewan, dan manusia hingga sekarang ini. Dijelaskan dalam Annaziat ayat 33
:
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.
”(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”.
Begitulah kira-kira proses penciptaan bumi.
Banyak dari ayat-ayat dan surat lain yang menjelaskan mengenai penciptaan bumi.
Namun saya hanya memfokuskan kepada surat Annaziat, ayat27-33. untuk lebih
jelasnya bisa kaji bersama-sama kedepannya nanti.
Hikmah apa yang bisa petik?
1.
Dalam surat Al baqarah ayat 2 dijelaskan:
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Sangat jelas di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu pengetahuan. jika kita terus berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita termasuk orang yang bertaqwa.
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
Sangat jelas di dalam al quran tidak keraguan seluruh isi di dalamnya. Semuanya isinya telah terbukti berdasarkan alam yang telah ada, dan juga melalui ilmu pengetahuan. jika kita terus berpegang teguh pada Al Quran insya Allah kita termasuk orang yang bertaqwa.
2.
Al quran tidak hanya untuk sekadar di baca,
namun diperlukan pengkajian lebih dalam mengenai segala macam isi-isinya. Di
dalamnya terdapat segala macam ilmu pengetahuan yang bisa terus kita gali.
3.
Segala sesuatu mengenai kehidupan di bumi ini,
telah diatur oleh Allah SWT. Kita tinggal bertaqwa kepada Allah SWT agar
diberikan petunjuk kebenaran dalam hidup ini.
Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi
terbagi dalam dua kelompok.:
1.
Kelompok pertama beranggapan bahwa alam
semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya sampai sekarang ini tak
berubah.
2.
Kelompok kedua dan yang paling diakui saat ini
beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau beruba dan sampai
saat ini masih terus mengembang/membesar.
Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis
ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan
seperti dibuktikan oleh adanya big bang, ditafsirkan bahwa alam semesta ini
dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta
itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat
tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu
membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun
sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang
ini menentukan macam atom yang terbentuk.
Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih
itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam
semesta ini akan didominir oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit,
berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.
Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan materi semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari materi dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan behwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaxi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih 40.000 tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai 20.000.000 derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya.
Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang,
maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu
sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa
dan makin lama makin besar sehingga terbentuk planet-planet ataupun benda
angkasa lainnya selain bintang.
Diperkirakan proses pengembangan alam semesta
tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Dimana setiap galaksi satu
dan galaksi lainnya saling berjauhan satu sama lain setiap waktunya. Proses ini
akan terus berlangsung hingga akhir jaman, dimana alam semesta sudah tidak
memiliki energi yang menopangnya lagi dan alam ini sudah mencapai batas akhir
dari proses pengembangannya. Hingga akhirnya alam semesta ini runtuh. Tak bisa
kita bayangkan kerusakan apa yang akan terjadi ketika bumi, planet yang menjadi
rumah bagi manusia, tertimpa reruntuhan alam semesta yang tak terhingga
besarnya.
C.
HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN ALAM
Manusia dan alam mempunyai
keterikatan yang kuat dimana keduanya mempunyai hak dan kewajiban antara satu
dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam. Hubungan antara manusia
dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan
antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba, tetapi
hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan
untuk memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan
pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua
makhluk sehingga hubungan yang selaras antara manusia dan alam mampu memberikan
dampak positif bagi keduanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk
mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam
dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk
rasa syukur kepada Allah SWT.
Dalam pelajaran ekologi manusia, kita akan
dikenalkan pada teori tentang hubungan manusia dengan alam. Salah satunya
adalah anthrophosentis. Di sana dijelaskan mengenai hubungan manusia dan alam.
salah satu bentuknya adalah anthoposentris. dimana manusia menjadi pusat dari
alam. maksudnya semua yang ada dialam ini adalah untuk manusia. Kalau
dipikir-pikir emang benar sih. buat apa coba, ada sapi, ikan, padi, kalau bukan
untuk makanan kita. buat apa ada kayu, batu, pasir, kalau bukan buat bangunan
untuk manusia. buat apa ada emas, berlian kalau gak dipakai oleh manusia
sebagai perhiasan.
Allah SWT. juga menjelaskannya dalam Al Qur’an,
bahwa semua yang ada dialam ini memang sudah diciptakan untuk kepentingan
manusia.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu” (al baqarah: 29)
Tapi berbeda dengan anthoroposentris yang menempatkan
manusia sebagai penguasa yang memiliki hak tidak terbatas terhadap alam, maka
islam menempatkan manusia sebagai rahmat bagi alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(al anbiyaa’:107)
walaupun kita diberi kelebihan oleh Allah atas segala
sesuatu di alam ini, tapi kelebihan itu tidak menjadikan kita sebagai penguasa
atas alam dan isinya. Karena alam dan isinya tetaplah milik Allah. Kita hanya
diberikan kekuasaan atas alam tersebut sebagai pengelola dan pemelihara, dan
pemakmur.
Kemudia ketika kita
berinteraksi dengan alam, tidak seperti paham antroposentris yang menghalalkan
sebgala cara asal kebutuhan manusia terpenuhi, islam mengajarkan bahwa hak kita
dalam memanfaatkan alam juga dibatasi oleh hak alam dan isinya itu sendiri.
“Dan Dialah yang
menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al
an’am:141)” kita tidak boleh berlegih-lebihan dalam memanfaatkannya, sehingga
menimbulkan kerusakan. seharusnya semua yang ada dialam ini kita jadikan
sebagai sarana untuk berpikir akan kebesaran Allah SWT.
“Dan di bumi ini
terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman
dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air
yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang
lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.(ar ra’du: 4)”
Ada fungsi
utama manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah dibumi.Esensi dari
'abdun' adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan
keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam kontek
'abdun', manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah.Posisi ini memiliki
konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap
penciptanya.Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta
berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu
potensi akal.Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri
kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada selain Allah termasuk
menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya
kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk
pada dirinya.
Manusia
diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan
dan kecenderungan kepada dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.Sebagaimana
firman Allah, faalhamaha fujuroha watakwaha.Artinya "maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa manusia kefasikan dan ketakwaan".Dengan kedua
kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk berupa agama sebagai alat manusia
untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan
yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah berfirman
"wahadainahu najdaini"."Aku tunjukan kamu dua jalan".Akal
memiliki kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik bagi dirinya.
Fungsi yang
kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk menjaga
alam.Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumberdaya.Oleh karena itu
perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya agar tetap terdapat
keseimbangan dalam alam.
Kerusakan alam lebih banyak disebabkan karena ulah
manusia sendiri.Sebagaimana firman Allah dalam Qs.Arrum 41.

Artinya: “41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Untuk melaksanakan tanggung jawabnya,
manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk berkreasi sekaligus
menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik.Namun ia
harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap
aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara
langsung (fungsi sebagai abdun) maupun konteks ketaatan terhadap sunatullah
(fungsi sebagai khalifah).Perpaduan antara tugas ibadah dan khalifah inilah
yang akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang selamat dunia
akherat
Setelah kita mengetahui betapa tinggi
perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT mewajibkan
kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun telah
mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang
terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak
salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan
urutan kebenarannya sebagai berikut : Al-Qur’an dan as-Sunnah : Allah SWT telah
memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber
pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari
sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan
terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang
Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari
keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan
ayat-ayat NYA dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal.
Manusia
merupakan bagian tak terpisahkan dari alam. Sebagai bagian dari alam,
keberadaan manusia di alam adalah saling mengisi dan melengkapi satu dengan
lainnya dengan peran yang berbeda-beda. Manusia mempunyai peran dan posisi
khusus diantara komponen alam dan makhluq ciptaan Tuhan yang lain yakni sebagai
khalifah, wakil Tuhan dan pemimpin di bumi ( QS: Al An’am:165). Hubungan antara
manusia dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan dalam beberapa ayat al
Qur’an dan Hadist Nabi yang intinya adalah :
1) Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan) melalui alam semesta, karena alam semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali kepada Allah yang Menciptakan alam.
2) Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan sumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harus dilakukan secara wajar (tidak boleh berlebihan). Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatan sumberdaya alam hanya untuk memenuhi kebutuhan bagi generasi saat ini sementara hak-hak pemanfaatan bagi generasi mendatang terabaikan. Manusia dilarang pula melakukan penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak pemanfatatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang atau hilang.
3) Hubungan pemeliharaan. Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan mengabaikan asas konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang (haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peran pemeliharaan alam ini dengan baik, maka baginya tersedia ganjaran dari Allh swt.
Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubungan pula dengan alam sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam berhubungan dengan Tuhan ini manusia memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni: alam adalah ayat-ayat kauniah Tuhan). Manusia juga memerlukan alam (misalnya: papan, pangan, sandang, alat transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa alam) sebagaimana pahamnya penganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementara itu alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Jadi alampun tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alam dengan segala hukum-hukumnya, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu tentang alam. Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan denganNya.
Dalam pandangan Islam, manusia disamping sebagai salah satu makhluk Tuhan, ia sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan dimuka bumi (Al An’am: 165). Sebagai mahkluk Tuhan, manusia mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-Chaliq). Dalam penghambaan ini manusia tidak diperkenankan (haram) untuk mengabdi kepada selain Allah. Pengabdian atau penghambaan kepada selain Allah merupakan perbuatan syirk dan merupakan dosa besar. Dalam pengabdian ini terkandung konsep tauhid (peng Esaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubungan antara manusia, alam dan Tuhan.
Sebagai wakil Allah, maka manusia harus bisa merepresentasikan peran Allah terhadap alam semesta termasuk bumi seisinya antara lain memelihara (al rab) dan menebarkan rakhmat (rakhmatan) di alam semesta. Oleh karena itu kewajiban manusia terhadap alam dalam rangka pengabdiannya kepada Allah swt adalah melakukan pemeliharaan terhadap alam (termasuk pemeliharaan kehidupan diri = hifdzun nafs) untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untuk mempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, manusia diperkenankan oleh Tuhan untuk memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan kebutuhan) dan bertanggungjawab. Segala sikap, perilaku atau perbuatan manusia (lahir dan batin) yang berkaitan dengan pemeliharaan alam harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan setelah kehidupan dunia ini berakhir. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (Al An’am: 141-142).
Pemanfaatan (eksploitasi) sumberdaya alam yang berlebihan akan menguras sumberdaya alam yang bersangkutan hingga habis tak tersisa, sehingga hak-hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam bagi generasi yang akan datang terabaikan. Hal ini merupakan perbuatan pelanggaran terhadap hukum atau ketetapan Tuhan sekaligus pelanggaran amanah, sehingga merupakan perbuatan dosa besar pula. Dalam aras praktis untuk menjaga kemanfaatan dan kelestarian alam (fungsi manfaat dan reproduksi), misalnya Rasulullah Muhammad SAW melarang memetik buah sebelum matang (ripe) dan siap dikonsumsi, melarang memetik bunga sebelum mekar dan menyembelih hewan ternak yang masih kecil dan belum berumur. Nabi juga mengajarkan agar manusia selalu bersahabat sekalipun terhadap makhluk yang tak beryawa. Istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam seperti yang dipelopori oleh pandangan Barat yang sekuler dan materialistik tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak untuk menguasai dan mengatur alam adalah Yang Maha menciptakan dan MahaMengatur yakni Rab al alamiin.
1) Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan) melalui alam semesta, karena alam semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali kepada Allah yang Menciptakan alam.
2) Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan sumberdaya alam guna menunjang kehidupannya ini harus dilakukan secara wajar (tidak boleh berlebihan). Demikian pula tidak diperkenankan pemanfaatan sumberdaya alam hanya untuk memenuhi kebutuhan bagi generasi saat ini sementara hak-hak pemanfaatan bagi generasi mendatang terabaikan. Manusia dilarang pula melakukan penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak pemanfatatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang atau hilang.
3) Hubungan pemeliharaan. Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan mengabaikan asas konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang (haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peran pemeliharaan alam ini dengan baik, maka baginya tersedia ganjaran dari Allh swt.
Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubungan pula dengan alam sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam berhubungan dengan Tuhan ini manusia memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni: alam adalah ayat-ayat kauniah Tuhan). Manusia juga memerlukan alam (misalnya: papan, pangan, sandang, alat transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan fungsi, bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa alam) sebagaimana pahamnya penganut antroposentrisme dan kaum materialis. Sementara itu alam berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Jadi alampun tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alam dengan segala hukum-hukumnya, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu tentang alam. Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan denganNya.
Dalam pandangan Islam, manusia disamping sebagai salah satu makhluk Tuhan, ia sekaligus sebagai wakil (khalifah) Tuhan dimuka bumi (Al An’am: 165). Sebagai mahkluk Tuhan, manusia mempunyai tugas untuk mengabdi, menghamba (beribadah) kepada Penciptanya (al-Chaliq). Dalam penghambaan ini manusia tidak diperkenankan (haram) untuk mengabdi kepada selain Allah. Pengabdian atau penghambaan kepada selain Allah merupakan perbuatan syirk dan merupakan dosa besar. Dalam pengabdian ini terkandung konsep tauhid (peng Esaan) terhadap Tuhan. Dengan demikian, tauhid merupakan sumber nilai sekaligus etika yang pertama dan utama dalam hubungan antara manusia, alam dan Tuhan.
Sebagai wakil Allah, maka manusia harus bisa merepresentasikan peran Allah terhadap alam semesta termasuk bumi seisinya antara lain memelihara (al rab) dan menebarkan rakhmat (rakhmatan) di alam semesta. Oleh karena itu kewajiban manusia terhadap alam dalam rangka pengabdiannya kepada Allah swt adalah melakukan pemeliharaan terhadap alam (termasuk pemeliharaan kehidupan diri = hifdzun nafs) untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di alam. Untuk mempertahankan dan memenuhi hajat hidupnya, manusia diperkenankan oleh Tuhan untuk memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan kebutuhan) dan bertanggungjawab. Segala sikap, perilaku atau perbuatan manusia (lahir dan batin) yang berkaitan dengan pemeliharaan alam harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan setelah kehidupan dunia ini berakhir. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (Al An’am: 141-142).
Pemanfaatan (eksploitasi) sumberdaya alam yang berlebihan akan menguras sumberdaya alam yang bersangkutan hingga habis tak tersisa, sehingga hak-hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam bagi generasi yang akan datang terabaikan. Hal ini merupakan perbuatan pelanggaran terhadap hukum atau ketetapan Tuhan sekaligus pelanggaran amanah, sehingga merupakan perbuatan dosa besar pula. Dalam aras praktis untuk menjaga kemanfaatan dan kelestarian alam (fungsi manfaat dan reproduksi), misalnya Rasulullah Muhammad SAW melarang memetik buah sebelum matang (ripe) dan siap dikonsumsi, melarang memetik bunga sebelum mekar dan menyembelih hewan ternak yang masih kecil dan belum berumur. Nabi juga mengajarkan agar manusia selalu bersahabat sekalipun terhadap makhluk yang tak beryawa. Istilah “penaklukan” atau “penguasaan” alam seperti yang dipelopori oleh pandangan Barat yang sekuler dan materialistik tidak dikenal dalam Islam. Islam menegaskan bahwa yang berhak untuk menguasai dan mengatur alam adalah Yang Maha menciptakan dan MahaMengatur yakni Rab al alamiin.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah
menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah
mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan
menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu,
Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi
amanat itu, yaitu Manusia. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang
dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan
rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah
amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang
selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia
diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi
melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti
Allah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru
karena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan”
baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup
oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan
yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora
dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem.
Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan
alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang dalam
komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber
inspirasi moral dan etika itu.
B. Saran
Demikian penulis dapat menyusun makalah mengenai Bahasa Indonesia Yang Baik
dan Benar dengan sebaik-baiknya. Semoga pengetahuan yang sedikit ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Tidak ada
gading yang tak retak begitu juga makalah ini tentu ada kekurangan yang
perludiperbaiki, untuk itu kritik dan saran dari teman-teman pembaca akan kami terima dengan tangan
terbuka sebagai masukan untuk pembuatan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Mansoer, Hamdan.
2004. Materi Instruksional Pendidikan
Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : DIKTI.
Anonim, 2008. Sumber
Ilmu Pengetahuan dalam Islam, blogspot : Al-Ikhwan.net.
Zuhairini, dkk, 1991. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara,.
http: ferdahartanti.blogspot.com
www. untukku.com
http: koesandi. Wordpress.com
http:
/atd. eprints. ums.ac.id
http:
dkmfahutan. Wordpress.com
0 Response to "makalah ILMU ALAMIAH DASAR PENCIPTAN ALAM SEMESTA OLEH AJIDIN"
Post a Comment